Selasa, 24 Maret 2009

KEGIATAN PMR SMA 13
















PMR SMA 13

Siswa yang mengikuti pengembangan diri di bidang PMR terlihat begitu serius mempraktekkan ilmu yang telah diperolehnya. Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh transportasi.

HIDROLISIS

src="http://feeds.feedburner.com/banksoal?format=sigpro" type="text/javascript" >

Selasa, 17 Maret 2009

MATA PELAJARAN: KIMIA (STOIKIOMETRI)
PEMBIMBING : HELMA NISMAR, S.Pd

INDIKATOR
Siswa dapat:
1. Menghitung Mr suatu senyawa jika Ar unsur-unsur pembentuknya diketahui.
2. Menentukan volume gas pereaksi atau hasil reaksi pada suatu persamaan reaksi jika volume salah satu gas diketahui.
3. Menentukan massa, volume atau jumlah partikel pereaksi / hasil reaksi pada suatu persamaan reaksi jika parameter lainnya diketahui.
4. Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume zat.
5. Menentukan rumus empiris dan rumus molekul.
6. Menentukan kadar zat dalam suatu senyawa.
7. Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi.

Ringkasan Materi
Menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi.
Langkah-langkah dalam menyelesaikan soal dalam stoikiometri (ada persamaan reaksinya).
1.Buat persamaan reaksinya
2.Setarakan persamaan reaksinya
3.Arahkan semua yang diketahui dalam satuan mol
4.Cari mol unsur/senyawa yang ditanyakan

Pereaksi pembatas = pereaksi yang habis bereaksi

Hukum-hukum yang berlaku dalam stoikiometri:
1.Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
“Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi”
2.Hukum Gay Lussac-Avogadro: “n ~ koef ~ volume”
mol A / mol B = koef A / koef B = vol A / vol B
3.Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust):

Soal
1.Massa molekul relatif (Mr) senyawa Al2(SO4)3 adalah …….. (Ar O=16, Al = 27, S = 32)
A. 324 B. 342 C. 400 D. 424 E. 442

2.Suatu senyawa X2(SO4)3 memiliki massa molekul relatif 392. Jika massa atom relatif O = 16 dan S = 32, maka harga massa atom relatif X adalah ……
A. 27 B. 32 C. 52 D. 64 E. 104
3.Jika Ar N = 14, O = 16, Mg = 24, Ca = 40, Fe = 56, Ni = 59, Zn = 65. Senyawa dengan Mr paling kecil adalah……
A. Fe(NO3)2 B. Ca(NO3)2 C. Ni(NO3)2 D. Zn(NO3)2 E. Mg(NO3)2

4. Massa molekul relatif CuSO4.5H2O adalah…….(Ar H = 1, O = 16, S = 32, Cu = 64)
A. 160 B. 178 C. 186 D. 240 E. 250

5.Massa rumus relatif dari senyawa Fe2(SO4)3 adalah 400. Jika Ar O = 16, S = 32 maka massa atom relatif (Ar) Fe adalah…….
A. 304 B. 176 C. 112 D. 88 E. 56

6.Jika diketahui massa atom relatif(Ar) H = 1, N = 14 dan tetapan Avogadro = 6 x 1023, maka dalam 8 gram N2H4 terdapat atom nitrogen sebanyak …….
A. 3 x 1023 atom
B. 6 x 1023 atom
C. 9 x 1022 atom
D. 12 x 1024 atom
E. 15 x 1024 atom

7.Massa dari 6,02 x 1022 atom Mg (Ar = 24) adalah ………
A.0,10 gram
B.0,24 gram
C.0,48 gram
D.1,00 gram
E.2,40 gram

8.Massa 1,5 x 1022 molekul gas X2 adalah 0,7 gram. Jika tetapan Avogadro = 6 x 1023 maka massa molekul relatif gas X2 adalah …..
A.14 gram/mol
B.28 gram/mol
C.70 gram/mol
D.140 gram/mol
E.280 gram/mol

9.Jumlah mol belerang dalam 24 gram FeS2 (Ar S = 32, Fe = 56) adalah …..
A.0,02
B.0,04
C.0,10
D.0,20
E.0,40

10.Gas metana (CH4) dibakar sempurna menghasilkan gas karbondioksida dan uap air. Pada suhu dan tekanan yang sama perbandingan volum gas-gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi berturut-turut adalah……..
A.5,2,5,10
B.5,5,2,10
C.5,10,5,10
D.5,10,10,5
E.5,5,10,10

11.Suatu reaksi: 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g). Menurut hipotesa Avogadro, perbandingan volume gas yang bereaksi dengan gas hasil reaksi (T,P) sama adalah ….
A.4 : 2 :1
B.4 : 2 :3
C.2 : 1 :2
D.4 : 1 :4
E.2 : 2 :1

12.Suatu persamaan reaksi: C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)
Jika 2,24 L C3H8 dibakar sempurna maka volume gas CO2 yang terjadi pada (T,P) yang sama adalah……
A.6,72 liter
B.4,48 liter
C.3,36 liter
D.2,24 liter
E.1,12 liter

13.Pada suhu dan tekanan yang sama 2 liter gas propane (C3H8) dibakar sempurna menurut reaksi: C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)
Volume gas oksigen yang diperlukan sebanyak……..
A.4 liter
B.6 liter
C.8 liter
D.10 liter
E.12 liter

14.Diketahui reaksi: C4H8(g) + 6O2(g) → 4CO2(g) + 4H2O(g)
Jika volume gas O2 yang bereaksi 9 liter, maka volume gas C4H8 dibutuhkan dan CO2
terbentuk adalah ……
A.1 liter dan 4 liter
B.1,5 liter dan 6 liter
C.4 liter dan 4 liter
D.6 liter dan 4 liter
E.1 liter dan 8 liter

15.Diketahui reaksi: N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) . Jika volume NH3 terbentuk sebanyak 6 liter, maka volume N2 dan H2 yang bereaksi sebanyak ……
A.6 dan 18 liter
B.6 dan 12 liter
C.5 dan 10 liter
D.3 dan 9 liter
E.1 dan 3 liter

16.Jika anda diminta memproduksi 50 L gas amoniak (NH3) dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut reaksi: N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) maka volume dari gas nitrogen dan gas hidrogen yang dibutuhkan pada suhu dan tekanan sama adalah ……
A.10 L dan 40 L
B.25 L dan 25 L
C.25 L dan 75 L
D.50 L dan 50 L
E.75 L dan 25 L

17.Sebanyak 5,3 gram natrium karbonat (Mr = 106) bereaksi dengan asam klorida berlebih menurut reaksi: Na2CO3(s) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(g) Pada suhu dan tekanan tertentu, 1 liter gas NO massanya 1 gram maka gas CO2 yang dihasilkan mempunyai volume………. (Ar N = 14, C = 12, O = 16, Na = 23)
A.0,05 liter
B.0,10 liter
C.0,20 liter
D.0,30 liter
E.1,50 liter

18.Bila 50 ml larutan timbal(II)nitrat 0,1M direaksikan dengan 50 ml larutan asam klorida 0,1M menurut reaksi: Pb(NO3)2(g) + 2HCl(aq) → PbCl2(s) + 2HNO3(aq) , Massa endapan PbCl2 (Mr = 278) yang terbentuk sebanyak………..
A.0,035 gram
B.0,050 gram
C.0,278 gram
D.0,695 gram
E.2,780 gram

19.Kadar gas krypton di udara adalah 1,15 x 10-4 %. Jika dinyatakan dalam bpj, kadar tersebut adalah ……
A.1,15 bpj
B.11,5 bpj
C.115 bpj
D.1150 bpj
E.11500 bpj

20.Kadar gas oksigen dalam udara bersih adalah 209400 bpj. Bila dinyatakan dalam persen, maka kadar gas itu adalah ……….
A.20 %
B.20,94 %
C.21 %
D.21 x 10-3 %
E.22 %

21.Kadar maksimum zat besi dalam air minum adalah 0,00003 %. Jika dinyatakan dalam bpj adalah………..
A.0,025 bpj
B.0,250 bpj
C.0,300 bpj
D.0,450 bpj
E.0,500 bpj

22.Sebanyak 8 gram campuran besi dan belerang dipisahkan dengan menggunakan magnet, ternyata massa belerang yang tertinggal 3 gram maka kadar besi dalam campuran itu adalah………..
A.30 %
B.37,7 %
C.50 %
D.62,5 %
E.75 %

23.Diketahui reaksi: Fe(s) + 2HBr(aq) → FeBr2(aq) + H2(g) , apabila 11.2 gram Fe (Ar = 56) direaksikan dengan 200 ml larutan HBr 1M (Mr = 81) maka pada reaksi tersebut zat yang tersisa adalah ……
A.21,8 gram HBr
B.16,2 gram HBr
C.8,00 gram HBr
D.6,2 gram Fe
E.5,6 gram Fe

24.Diketahui reaksi: 2Al(s) + 2H2SO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g) , jika 10,8g logam aluminium (Ar = 27) dimasuk kan ke dalam 300 ml larutan H2SO4 1M (Mr = 98) maka zat yang tersisa adalah …….
A.2,7 gram Al
B.5,4 gram Al
C.8,1 gram Al
D.9,8 gram H2SO4
E.19,6 gram H2SO4

25.Diketahui reaksi: Fe(s) + 2HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2(g) , jika 10 gram besi direaksikan dengan HCl 1M dihasilkan 12,7 gram FeCl2 maka sisa besi yang tidak bereaksi adalah...
A.9,0 gram
B.8,8 gram
C.6,6 gram
D.5,0 gram
E.4,4 gram

26.Sebanyak 2,4 gram logam Mg (Ar = 24) direaksikan dengan larutan HCl 1M. Agar semua logam Mg habis bereaksi diperlukan HCl sebanyak…
A.50 ml
B.100 ml
C.200 ml
D.250 ml
E.400 ml

27.Sebanyak 200 ml larutan Pb(NO3)2 0,4M dicampur dengan 200 ml larutan KI 0,4M menurut persamaan reaksi: Pb(NO3)2(g) + 2KI(aq) → PbI2(s) + 2KNO3(aq) . Pereaksi yang tersisa adalah ……….
A.0.06 mol KI
B.0.04 mol KI
C.0.02 mol KI
D.0.06 mol Pb(NO3)2
E.0.04 mol Pb(NO3)2

28.Persamaan reaksi: Fe(s) + 2HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2(g) , jika 7 gram logam Fe(Ar=56) dimasukkan ke dalam 500 ml larutan HCl 0,2M (Mr = 36,5) maka massa zat yang tersisa adalah …….
A.0,70 gram HCl
B.1,40 gram logam Fe
C.3,65 gram HCl
D.4,20 gram logam Fe
E.7,30 gram logam Fe

29.Diketahui reaksi: Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) , jika 7 gram seng dimasukkan ke dalam 200 ml HCl 1M maka massa Zn (Ar = 65) yang tersisa adalah…..
A.0,5 gram
B.2,0 gram
C.2,5 gram
D.5,0 gram
E.5,1 gram

30.Berdasarkan persamaan reaksi: Na2CO3(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(g) (belum setara). Jumlah gas CO2 (STP) yang diperoleh dari 5,3 gram Na2CO3 (Mr = 106) adalah
A.1,12 liter
B.2,24 liter
C.3,36 liter
D.4,48 liter
E.5,30 liter

Multimedia Dalam Dunia Pendidikan

Multimedia Dalam Dunia Pendidikan
16 Maret 2009 oleh ariasdi

1. PENDAHULUAN


Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan ‘detik !!!’. Ditemukannya rahasia operasional bilangan binner sehingga dapat menciptakan mesin hitung (kalkulator) dianggap sebagai cikal berkembangnya komputerisasi hingga saat ini..



Banyak sisi kehidupan manusia modern yang ‘dirampas’, baik dalam keadaan sukarela menyerahkannya, maupun secara terpaksa. Dalam dunia bisnis misalnya, ‘barcode’ merupakan barisan garis ajaib yang dapat di-scan untuk mengenal kartu kredit, identifikasi diri serta data transaksi.

Di dalam rumah, dengan komputer mungil yang dinamakan remote control, pengaturan suhu ruangan (AC), setting televisi, dan sejenisnya dapat dilakukan tanpa melakukan gerakan yang berlebihan. Daftar ini dapat diperpanjang dengan contoh lainnya, seperti dalam bidang kesehatan, dunia antariksa hingga dunia pendidikan. Teknik penyampaian pembelajaran-pun mengalami perubahan yang akhirnya dikenal dengan identitas ‘teknologi pembelajaran’.

Eric Ashby mengatakan bahwa dalam sejarah peradaban manusia, setidaknya telah terjadi empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran. Revolusi pertama terjadi ketika orang tua menitipkan anak kepada seorang guru untuk mendapatkan pendidikan. Masa ini merupakan cikal bakal dimulainya sebuah profesi yang disebut guru. Guru saat itu merupakan orang yang dipandang mempunyai kelebihan. Siswa datang kepada guru untuk belajar.

Revolusi ke dua terjadi ketika manusia mengenal tulisan. Tulisan sebagai lambang-lambang yang disepakati guna menyampaikan suatu pesan. Pesan-pesan yang semula disampaikan secara lisan, sejak saat itu mulai disampaikan secara tertulis. Saat itu orang menulis dengan mempergunakan media apa saja, seperti kayu, tulang, batu, daun, sampai ditemukannya kertas pada tahun 105 oleh Cai Lun dari negeri Cina, sebagai pengganti papyrus. Sejak saat itu budaya tulis semakin berkembang pesat.

Perkembangan budaya tulis semakin pesat saat memasuki revolusi ke tiga, yakni ditemukannya mesin cetak pada abad ke 15 oleh Johannes Gutenberg. Mesin cetak membawa dampak yang sangat luas dalam komunikasi tulisan, yang semula buku ditulis dan disalin oleh orang perorang, maka setelah ditemukannya mesin cetak, tulisan dapat diterbitkan secara masal. Mesin cetak telah memberi warna kepada kehidupan manusia modern.

Pada penghujung abad ke 20 kita menyaksikan revolusi selanjutnya yang sangat menakjubkan, yaitu revolusi elektronik. Revolusi elektronik pada bidang teknologi pembelajaran dimulai sejak ditemukannya citra bergerak (motion picture) tahun 1910, siaran radio (1930), televisi pendidikan (1950) serta komputer dan internet (1980).

Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran elektronik atau sering disebut e-learning (electronic learning). Konsep e-learning sendiri mencakup terminology yang sangat luas, dari mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning.


2. BERKENALAN DENGAN MULTIMEDIA

William Ditto (2006) menyatakan definisi multimedia dalam ilmu pengetahuan mencakup beberapa aspek yang saling bersinergi, antara teks, grafik, gambar statis, animasi, film dan suara. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut antara lain yang dilakukan oleh Francis M. Dwyer. Hasil penelitian ini antara lain menyebutkan bahwa setelah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10 %, pesan audio 10 %, visual 30 % dan apabila ditambah dengan melakukan, maka akan mencapai 80 %. Berdasarkan hasil penelitian ini maka multimedia interaktif (user melakukan) dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi yang sangat besar dalam membantu proses pembelajaran.

Dalam perkembangannya multimedia dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun di dalamnya. Sifatnya sekuensial atau berurutan dan durasi tayangannya dapat diukur. Film dan televisi termasuk dalam kelompok ini.

Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Ciri khasnya, multimedia ini dilengkapi dengan beberapa navigasi yang disebut juga dengan graphical user interface (GUI), baik berupa icon maupun button, pop-up menu, scroll bar, dan lainnya yang dapat dioperasikan oleh user untuk sarana browsing ke berbagai jendela informasi dengan bantuan sarana hyperlink. Penerapan multimedia interaktif ini didapat pada multimedia pembelajaran serta aplikasi game. Multimedia interaktif tidak memiliki durasi karena lama penayangannya tergantung seberapa lama pengguna mem-browsing media ini.

3. MULTIMEDIA UNTUK PEMBELAJARAN

Multimedia telah mengalami perkembangan konsep sejalan dengan berkembangnya teknologi pembelajaran. Ketika teknologi komputer belum dikenal, konsep multimedia sudah dikenal yakni dengan mengintegrasikan berbagai unsur media, seperti: cetak, kaset audio, video dan slide suara. Unsur-unsur tersebut dikemas dan dikombinasikan untuk menyampaikan suatu topik materi pelajaran tertentu. Pada konsep ini, setiap unsur media dianggap mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan salah satu unsur media dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan media lainnya. Misalnya, penjelasan yang tidak cukup disampaikan dengan teks tertulis seperti cara mengucapkan sesuatu, maka dibantu oleh media audio. Demikian juga materi yang perlu visualisasi dan gerak, maka dibantu dengan video.

Berikut akan kita lihat beberapa kekuatan dan kelemahan dari unsur multimedia tersebut.

Text

Text mungkin bukan merupakan media paling kuno yang digunakan oleh manusia dalam menyampaikan informasi; suara (sound) adalah media yang lebih dahulu digunakan di dalam menyampaikan informasi. Para filusuf Yunani , bahkan para Nabi menggunakan suara sebagai media utama untuk menyebarkan ajarannya. Namun di dalam penggunaannya di dalam komputer, text adalah media yang paling awal dan juga paling sederhana. Di awal- awal perkembangan teknologi komputer text adalah media yang dominan (bahkan satu-satunya). Hal yang sama juga berlaku di dalam perkembangan internet. Ketika internet masih bernama ARPANET di awal tahun 1970 an text merupakan satunya-satunya media. Kini ketika perkembangan teknologi komputer telah demikian maju, text bukan lagi media yang dominan. Namun demikian ada beberapa kelebihan text di dalam penggunaannya di dalam multimedia pembelajaran :

- Text dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang padat (condensed).

- Text dapat digunakan untuk materi yang rumit dan komplek seperti rumus-rumus matematika atau penjelasan suatu proses yang panjang.

- Teknologi untuk menampilkan text pada layar komputer relatif lebih sederhana dibandingkan teknologi untuk menampilkan media lain. Konsekuensinya media ini juga lebih murah bila dibandingkan media-media lain.

- Sangat cocok sebagai media input maupun umpan balik (feedback).

Kelemahan media text :

- Kurang kuat bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.

- Mata cepat lelah ketika harus menyerap materi melalui text yang panjang dan padat pada layar komputer.

Audio

Socrates pernah berujar bahwa suara adalah imitasi terbaik bagi pikiran maka suara adalah media terbaik untuk menyampaikan informasi. Bagi Socrates text adalah imitasi dari suara, dengan demikian sebagai penyampai pikiran text bukanlah media yang ideal karena ia hanyalah imitasi dari suatu imitasi. Pendapat Socrates mungkin ada benarnya karena suara adalah media yang secara natural telah dimiliki oleh manusia sehingga suara adalah media yang paling alami. Guru di kelas pun lebih banyak mengandalkan suara baik ketika memberikan materi atau melakukan motivasi bagi siswa-siswanya. Jika untuk percakapan secara langsung audio adalah media yang simpel dan alami maka tidak demikian halnya ketika digunakan di dalam komputer. Penggunaan suara di dalam komputer berlangsung belakangan sesudah penggunaan text.

Kelebihan suara di dalam multimedia pembelajaran :

- sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.

- Untuk materi- materi tertentu suara sangat cocok karena mendekati keadaan asli dari materi (misal pelajaran mengenai mengenal suara-suara binatang)

- Membantu pembelajar fokus pada materi yang dipelajari karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi . Bandingkan dengan pembelajar yang melihat teks di layar komputer. Dalam hal ini pembelajar melakukan multi aktivitas yakni : membaca teks pada layar (yang tidak semudah membaca pada buku), mencari kata-kata kunci (keyword) dari materi, dan menggerakkan tangan, seperti melakukan klik mouse untuk menggulung layar saat ingin melihat bagian teks yang tak terlihat pada layar.

Kelemahan audio :

- memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer.

- Memerlukan software dan hardware yang spesifik (dan mungkin mahal) agar suara dapat disampaikan melalui komputer.

Graphics

“A picture is worth a thousand words’. Peribahasa ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar di dalam pembelajaran mampu menjelaskan banyak hal bila dibandingkan dengan media text.

Kelebihan media gambar :

- lebih mudah dalam mengidentifikasi obyek-obyek.

- Lebih mudah dalam mengklasifikasikan obyek.

- Mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek.

- Membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret.

Animasi

Animasi adalah salah satu daya tarik utama di dalam suatu program multimedia interaktif. Bukan saja mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sukar dijelaskan dengan media lain, animasi juga memiliki daya tarik estetika sehingga tampilan yang menarik dan eye-catching akan memotivasi pengguna untuk terlibat di dalam proses pembelajaran.

Manfaat animasi :

- Menunjukkan obyek dengan ide (misal efek gravitasi pada suatu obyek)

- Menjelaskan konsep yang sulit (misal penyerapan makanan kedalam aliran darah atau bagaimana elektron bergerak untuk menghasilkan arus listrik)

- Menjelaskan konsep yang abstrak menjadi konkrit (misal menjelaskan tegangan arus bolak balik dengan bantuan animasi garfik sinus yang bergerak).

- Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka).

Simulasi

Media simulasi mirip dengan animasi, tetapi ada satu perbedaan yang menonjol ! Bila dalam animasi kontrol dari pengguna hanyalah sebatas memutar ulang maka di dalam simulasi kontrol pengguna lebih luas lagi. Pengguna bisa memasukkan variabel-varibel tertentu untuk melihat bagaimana besarnya variabel berpengaruh terhadap proses yang tengah dipelajari. Sebagai contoh pada simulasi pembentukan bayangan oleh suatu lensa, pengguna dapat mengubah sendiri nilai indeks bias dan kelengkungan lensa sehingga pengguna dapat melihat secara langsung bagaimana variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap pembentukan bayangan.

Manfaat simulasi :

- Menyediakan suatu tiruan yang bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya (misal simulasi melihat bentuk tegangan listrik dengan simulasi oscilloscope atau melakukan praktek menerbangkan pesawat dengan simulasi penerbangan).

- Menunjukkan suatu proses abstrak di mana pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut (misal perubahan frekwensi tegangan listrik bolak balik yang melewati suatu kapasitor atau induktor).

Video

Kelebihan-kelebihan video di dalam multimedia adalah:

- Memaparkan keadaan riel dari suatu proses, fenomena atau kejadian

- Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya pemaparan.

- Pengguna dapat melakukan replay pada bagian-bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus. Hal ini sulit diwujudkan bila video disampaikan melalui media seperti televisi.

- Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor.

- Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan media text.

- Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka).

Kelemahan :

- Video mungkin saja kehilangan detil dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detil dari scene ke scene.

- Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui text sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi.

Pada pertengahan dekade tahun 80-an tatkala teknologi komputer multimedia mulai diperkenalkan, maka sejak saat itu multimedia pembelajaran berbasis komputer-pun dimulai. Terdapat berbagai sebutan untuk media pembelajaran berbasis computer seperti CAI (Computer Assisted Instruction), MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif), SPM (Software Pembelajaran Mandiri), media presentasi berbantuan komputer, dll. Setiap penyebutan tentu saja mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengembangnya.

Media penyimpanan-pun berkembang mulai dari kemasan disket dengan kapasitas 1,4 MB, CD dengan kapasitas 650 MB, sampai dengan DVD yang berkapasitas 4,7 GB.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi jaringan dan internet, maka multimedia berkembang tidak terbatas pada standalone PC, tapi juga berbasis jaringan, sehingga sumber belajar menjadi lebih kaya.


4. FUNGSI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Manfaat media pendidikan dalam proses belajar menurut Hamalik (1986) antara lain sebagai peletakkan dasar-dasar yang kongkrit dalam berfikir untuk mengurangi ‘verbalisme’, memperbesar minat siswa, membuat pelajaran lebih menyenangkan sehingga berdampak kepada hasil pembelajaran yang lebih memuaskan.

Multimedia dalam pembelajaran dapat digolongkan kedalam tiga karakteristik. Pertama, multimedia digunakan sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas. Misal jika guru menjelaskan suatu materi melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk menjelaskan materi yang diajarkan di depan kelas. Multimedia dengan jenis ini dinamakan juga dengan ‘presentasi pembelajaran’. Materi yang ditayangkan tidak terlalu kompleks dan hanya menampilkan beberapa item yang dianggap penting, baik berupa teks, gambar, video maupun animasi. Latihan dan tes kurang cocok diletakkan pada presentasi pembelajaran ini, kecuali bersifat quiz guna membangun suasana kelas agar lebih dinamis.

Kedua, multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Pada tipe kedua ini multimedia mungkin saja dapat mendukung pembelajaran di kelas mungkin juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua seluruh kebutuhan instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya di dalam paket multimedia. Artinya seluruh fasilitas bagi pembelajaran, termasuk latihan, feedback dan tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan di dalam paket.

Ketiga, multimedia digunakan sebagai media satu-satunya di dalam pembelajaran. Dengan demikian seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran juga telah disediakan di dalam paket ini. Paket semacam ini sering disebut CBL (Computer Based Learning).


5. KEUNGGULAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Bates (1995) menekankan bahwa diantara media-media lain, interaktivitas multimedia atau media lain yang berbasis komputer adalah yang paling nyata (overt). Interaktivitas nyata di sini adalah interaktivitas yang melibatkan fisik dan mental dari pengguna saat mencoba program multimedia. Sebagai perbandingan media buku atau televisi sebenarnya juga menyediakan interaktivitas, hanya saja interaktivitas ini bersifat samar (covert) karena hanya melibatkan mental pengguna.

Interaktivitas secara fisik dalam multimedia pembelajaran bervariasi dari yang paling sederhana hingga yang kompleks. Interaktivitas sederhana misalnya menekan keyboard atau melakukan klik dengan mouse untuk berpindah halaman (display) atau memasukkan jawaban dari suatu latihan yang diberikan oleh komputer. Interaktivitas yang komplek misalnya aktivitas di dalam suatu simulasi sederhana di mana pengguna bisa mengubah-ubah suatu variabel tertentu atau di dalam simulasi komplek di mana pengguna menggerakkan suatu joystick untuk menirukan gerakan mengemudikan pesawat terbang.

Keunggulan multimedia di dalam interaktivitas adalah media ini secara inheren mampu memaksa pengguna untuk berinteraksi dengan materi baik secara fisik dan mental. Tentu saja kemampuan memaksa ini tergantung pada seberapa efektif instruksi pembelajaran mampu menarik pengguna untuk mencoba secara aktif pembelajaran yang disajikan. Sebagai contoh adalah program multimedia pembelajaran yang berisi materi mengenai oscilloscope[1] yang ditunjukkan pada gambar.6 di bawah ini. Dengan menggunakan multimedia pembelajaran pengguna akan diajak secara langsung mencoba dan menggunakan simulasi oscilloscope yang tersedia. Berbeda halnya jika materi yang sama disajikan dengan buku atau video. Dalam hal ini pengguna hanya pasif (secara fisik) melihat bagaimana cara menggunakan oscilloscope ditampilkan. Aktivitas mental ( pengguna menyerap cara menggunakan dan mengatur oscilloscope) mungkin terjadi akan tetapi aktivitas fisik (dalam hal ini mencoba sendiri cara mengatur oscilloscope) tidak terjadi. Dengan kata hal lain - dalam hal suatu simulasi – dengan menggunakan multimedia pembelajaran pengguna akan mencoba secara langsung bagaimana sesuatu terjadi.


Selanjutnya Fenrich (1997) menyimpulkan keunggulan multimedia pembelajaran antara lain:

• siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan , kesiapan dan keinginan mereka. Artinya pengguna sendirilah yang mengontrol proses pembelajaran.

• siswa belajar dari tutor yang sabar (komputer) yang menyesuaikan diri dengan kemampuan dari siswa.

• siswa akan terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh umpan balik yang seketika.

• siswa menghadapi suatu evaluasi yang obyektif melalui keikutsertaannya dalam latihan/tes yang disediakan.

• siswa menikmati privasi di mana mereka tak perlu malu saat melakukan kesalahan.

• Belajar saat kebutuhan muncul (“just-in-time” learning).

• Belajar kapan saja mereka mau tanpa terikat suatu waktu yang telah ditentukan.

Di samping itu, multimedia pembelajaran dapat juga unggul dalam hal:

· Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, electron.

· Memperkecil benda yang sangat besar, yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung.

· Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet, berkembangnya bunga.

· Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju.

· Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun.

· Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.


6. FORMAT MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Dalam penyajiannya, multimedia pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa format, antara lain;

a. Tutorial

Materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi dilakukan dengan teks, gambar, baik diam maupun bergerak. Selesai penyajian tayangan, diberikan serangkaian pertanyaan untuk dievaluasi tingkat keberhasilan.

b. Drill dan Practice

Dimaksud untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep.

c. Simulasi

Mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, seolah-olah pengguna melakukan aktivitas menerbangkan pesawat terbang.

Format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti terjatuhnya pesawat terbang tersebut.

d. Percobaan atau Eksperimen

Format ini mirip dengan simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia.

Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut.

e. Permainan:

Permainan yang disajikan tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain.





7. P E N U T U P

Rembuk Nasional Pendidikan yang diadakan pada tanggal 4 hingga 6 Februari 2008 di Pusdiklat Pegawai Depdiknas Sawangan, Depok mengangkat tema; Pemantapan Pencapaian Target Renstra 2005-2009.

Dalam forum yang dihadiri 734 peserta, terdiri atas Pejabat Eselon I dan II Depdiknas, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota, Rektor Perguruan Tinggi Negeri, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depdiknas di daerah, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT), BAN Sekolah/Madrasah, BAN Pendidikan Non Formal (BAN PNF). Atase Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, serta Dubes/KWRI di Unesco tersebut Mendiknas Bambang Sudibyo menyebutkan, reformasi pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap yang amat berarti. Kini pendidikan telah diamandemenkan sebagai hak asasi manusia, bukan sekedar hak warga negara. Berbagai hal dilakukan untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia, mulai dari penerbitan UU hingga penyediaan dana sampai 20 persen dari APBN. Ini menjadi reformasi pendidikan yang terbesar di dunia. Untuk itulah, Mendiknas meminta pemerintah daerah punya komitmen yang besar pula untuk mendukung reformasi pendidikan ini.

Rembuk Nasional Pendidikan tersebut membahas 3 materi pokok, yaitu (1) Evaluasi capaian kinerja pembangunan pendidikan tahun 2005-2007, (2) Pemantapan pelaksanaan 9 terobosan kebijakan pendidikan, dan (3) Peningkatan pemahaman terhadap 7 isu pokok pendidikan.

Sembilan Terobosan Kebijakan Pendidikan Nasional

1. Pendanaan Pendidikan

2. Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Guru dan Dosen

3. Penerapan TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi

4. Pembangunan prasarana dan sarana pendidikan

5. Rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan

6. Reformasi perbukuan

7. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan secara komprehensif

8. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan secara komprehensif

9. Pendidikan Non Formal dan Informal untuk menggapai yang tak terjangkau (reaching the unreached)


Tujuh Isyu Pokok Pendidikan

1. Penuntasan Wajib Belajar 9 tahun

2. Pemberantasan Buta Aksara

3. Peningkatan akses SLTA dan perimbangan jumlah siswa SMA:SMK

4. Peningkatan akses perguruan tinggi, terutama melalui peningkatan kapasitas Politeknik

5. Redistribusi guru dan antisipasi kekurangan guru dalam waktu 5 tahun ke depan.

6. Evaluasi pelaksanaan UN, KTSP, e-administration, e-learning, Akreditasi Sekolah/Madrasah dan PT, BOS dan BOS Buku, Rehabilitasi Sarana dan Prasarana sekolah, peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru dan dosen, dan pendidikan kecakapan hidup.

7. Evaluasi pelaksanaan otonomi satuan pendidikan dan peran serta masyarakat.

Menarik untuk digarisbawahi adalah tentang 9 Terobosan Kebijakan Pendidikan Nasional yang menempatkan Penerapan TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi pada urutan ke tiga. Hal ini tentu dirasa sangat mendesak dan perlu! Siapa lagi yang akan bergerak kalau tidak seluruh komponen pendidikan terkait, termasuk guru yang harus lebih banyak lagi menggeluti dunia Teknologi Pendidikan dalam hal ini mengkomputerisasikan perangkat pembelajaran dan mengemas media pembelajarannya secara lebih professional. Guru merangkap programmer? Mengapa tidak!

Saatnya teknologi informasi komunikasi disahabati, bukan untuk dijauhi, apalagi ditakuti.



D A F T A R P U S T A K A

Barton, R. Teaching Secondary Science with ICT. London: Open University Press, 2004.

Bates, A.W. Technology, Open Learning And Distance Education. London: Routledge, 1995.

Fenrich, P. Practical Guidelines For Creating Instructional Multimedia Applications. Forth Worth : The Dryden Press 1997.

Panduan Pembuatan Multimedia Pembelajaran; Depdiknas, 2007

Pramono, Gatot. Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Rembuk Nasional Pendidikan Pemantapan Pencapaian Target Renstra 2005-2009_files.

Ditto, William. Multimedia, Encarta Premium DVD Ensiclopedia 2006.

–o0o–

MAKALAH TENTANG PENDIDIKAN

MAKALAH TENTANG PEMBELAJARAN KIMIA
DAN
PERMASALAHAN PENDIDIKAN







OLEH

HELMA NISMAR







SMA NEGERI 13 PADANG
2007



KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang pendidikan yang berjudul: “Pembelajaran Kimia dan Permasalahan Pendidikan”.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mandiri setelah mengikuti pelatihan Jardiknas.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat adanya. Amin.

Padang, November 2007


Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum kimia (sains) di sekolah menengah telah mengalami berbagai perubahan. Penekanan proses pembelajaran sains masa kini adalah terhadap belajar melalui pengalaman dengan penerapan kemahiran saintifik, kemahiran berfikir serta penyelesaian masalah. Persoalannya, sejauh manakah guru-guru kimia di sekolah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan harapan kurikulum.
Melalui pendidikan sains, pelajar dibimbing untuk mengembangkan beberapa aspek kemahiran seperti kemahiran saintifik, kemahiran berfikir, penyelesaian masalah serta penerapan nilai murni. Sebagai pelaksana kurikulum, guru perlu memainkan peranan penting bagi menjayakan sesuatu kurikulum. Sebelum melaksanakan sesuatu kurikulum , guru perlu memahami dengan jelas falsafah, matlamat dan intipati sesuatu kurikulum, bagi membolehkan mereka menggunakan strategi dan pendekatan yang sesuai bagi mencapainya dengan berkesan. Tidak jarang usaha para guru menjadi kurang berhasil karena berbagai masalah yang ada dalam dunia pendidikan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah dalam rangka menyelesaikan tugas mandiri setelah mengikuti pelatihan Jardiknas di SMKN 6 Padang yang dilaksanakan oleh ICT mulai tanggal 8 s/d 17 November 2007.

C. Kegunaan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerhati pendidikan umumnya dan bagi penulis khususnya yang berprofesi sebagai seorang guru kimia.



BAB II
PEMBELAJARAN KIMIA

A. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
B. Ilmu Kimia
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.


Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.


BAB III
PENDIDIKAN DAN PERMASALAHANNYA


A. Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sistem pendidikan harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa depan.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan pada Undang-undang Pendidikan tersebut, sistem pendidikan nasional dibedakan menjadi satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis pendidikan, dan jenjang pendidikan.
1. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan (sekolah atau luar sekolah) menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.
2. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
3. Jenis Pendidikan
Sistem pendidikan nasional terdiri dari tujuh jenis pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional. Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu Departemen atau Lembaga


Pemerintah Nondepartemen. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
4. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas: Pendidikan Dasar; Pendidikan Menengah; dan Pendidikan Tinggi. Selain jenjang pendidikan di atas, diselenggarakan pendidikan prasekolah. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga pemerintah, nonpemerintah, maupun sektor swasta dan masyarakat.
Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terdiri dari dua jenis sekolah yang berbeda yaitu sekolah umum dan sekolah keterampilan. Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan Dasar merupakan pendidikan wajib belajar yang memberikan para siswa dengan pengetahuan dan keterampilan.
Sebagai tambahan pada pendidikan dasar, terdapat Madrasah Ibtidaiyah, yang setingkat dengan Sekolah Dasar dan Madrasah Tsanawiyah yang setingkat dengan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama umum yang berada di bawah pengelolaan Departemen Agama.
Pendidikan Menengah disiapkan untuk lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan keagamaan. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau


pendidikan tinggi. Lama pendidikan tiga tahun untuk sekolah umum dan tiga atau empat tahun untuk sekolah kejuruan.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari pendidikan akademik dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Lama pendidikan tinggi tiga tahun untuk program diploma atau empat tahun untuk program sarjana. Sesudah tingkat sarjana dapat meneruskan ke program Pasca Sarjana selama dua tahun dan dapat meneruskan ke program Doktor tiga tahun kemudian.
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan anak usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun.
B. Permasalahan Dunia Pendidikan
Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya


menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Ini membuktikan bahwa ada masalah dalam sistem pendidikan kita. Secara perspektif ideologis (prinsip) dan perspektif teknis (praktis), berbagai masalah itu dapat dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu masalah mendasar seperti kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan dan masalah cabang yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya kesejahteraaan guru, dan sebagainya.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.


2. Rendahnya Kualitas Guru
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Dalam hal prestasi, 15



September 2004 United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di


Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.



BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah Mendasar
Penyelesaian masalah mendasar harus dilakukan secara fundamental, yang dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh menyangkut paradigma pendidikan . Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.
Setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah cabang pendidikan diselesaikan, baik itu masalah rendahnya sarana fisik, kualitas guru, kesejahteraan gutu, prestasi siswa, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
B. Masalah-Masalah Cabang
Selain adanya masalah mendasar, sistem pendidikan di Indonesia juga mengalami masalah-masalah cabang, antara lain : rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan.
Untuk mengatasi masalah-masalah cabang di atas, secara garis besar ada dua solusi yaitu solusi sistemik dan solusi teknis. Solusi sistemik adalah solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Solusi untuk masalah-masalah cabang yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan menuntut perubahan sistem ekonomi yang ada.
Solusi teknis adalah solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas


guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.



BAB V
PENUTUP

Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Di tengah benang kusut permasalahan pendidikan di Indonesia, pemetaan kembali dirasa perlu. Pemetaan tersebut dapat menjadi bekal bagi pemimpin mendatang untuk pengembangan pendidikan nasional.
Ada delapan masalah pendidikan yang harus menjadi perhatian. Kedelapan masalah itu menyangkut:
1. Kebijakan pendidikan
2. Perkembangan anak Indonesia
3. Guru
4. Relevansi pendidikan
5. Mutu pendidikan
6. Pemerataan
7. Manajemen pendidikan
8. Pembiayaan pendidikan.


Referensi:
1. http://www.mii.fmipa.ugm.ac.id/new/?p=121
2. http://www.sampoernafoundation.org/content/section/6/48/lang.id/
3. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/04/utama/1248649.htm
4. http://www.kompas.com/kompas.cetak/0410/14/humaniora/1325593.htm

KALUARGAKU

RENCANA MAU MASUKKAN FOTO KELUARGA TAPI BELUM PANDAI, YAH..... BELAJAR LAGI DULU

BELAJAR KEMBALI

SEKARANG BELAJAR KEMBALI NAMUN DAPAT KENDALA DALAM RANGKA MASUKKAN FOTO DARI MY DOCUMENT